Dunia sedang terguncang akibat pandemi Corona Disease Virus 2019 atau Covid -19. Di saat Pemerintah Negara-negara dunia fokus terhadap pemulihan Covid-19, banyak Negara yang mengalami resesi ekonomi, dan Indonesia terancam resesi. Mungkin kalian tidak tahu pengertian resesi dan dampaknya bagi masyarakat Indonesia. Coba kita ulas secara bersama.
Beberapa Negara telah mengatakan bahwa mereka mengalami resesi. Ekonomi Singapura mengalami kontraksi hingga 42 % di kuartal II 2020. Sedangkan PDB (pendapatan domestik bruto) anjlok 12,6%. Bagaimana dengan Indonesia?
Menurut data dari CNBC Indonesia, risiko resesi sangat tinggi dialami oleh Indonesia. Di kuartal I ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh 2,97%. Namun Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan ekonomi April-Juni 2020 anjlok -3,5% hingga -5,1%. Jika hal ini terus berlanjut hingga kuartal III 2020, Indonesia akan masuk sebagai Negara yang mengalami resesi.
Resesi merupakan sesuatu yang paling ditakutkan oleh setiap Negara di dunia. Sebenarnya resesi itu apa dan bagaimana resesi itu terjadi. Kita akan mengulasnya.
Apa itu Resesi
Resesi menurut berbagai literatur merupakan sebuah kelesuan atau melemahnya ekonomi suatu Negara, diakibatkan oleh penurunan atau pertumbuhan ekonomi riil bernilai negative selama dua kuartal berturut-turut bahkan hingga satu tahun.
Indikator terjadinya resesi ekonomi ketika adanya penurunan PDB, merosotnya sektor rill, banyak perusahaan melakukan PHK, penjualan ritel, hingga terpuruknya sektor manufaktur.
Ketika resesi berlangsung, pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 0 persen, bahkan dalam kondisi terburuk menjadi minus. Pertumbuhan ekonomi saat ini masih menjadi faktor utama untuk mengukur perkembangan dan kemajuan ekonomi suatu Negara.
Indonesia sendiri memiliki pengalaman resesi hingga dua kali yakni di tahun 1998 dan 2008. Namun yang paling parah terjadi di 1998. Saat itu perekenomian Indonesia cukup lumpuh dan banyak perusahaan melakukan PHK untuk bisa tetap melakukan produksi.
Antisipasi Pemerintah
Pemerintah Indonesia sendiri, telah mencoba untuk memperlambat resesi ekonomi di Indonesia. Yaitu dengan cara melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) agar ekonomi tetap bisa berjalan. Dan juga telah menggelontorkan dana besar untuk program pemulihan ekonomi nasional.
Namun banyak kalangan ekonom yang pesimis dengan upaya Pemerintah dalam mencegah terjadinya resesi. Selain itu, masyarakat juga masih menahan uang untuk hal-hal konsumtif akibat efek pandemi yang belum diketahui kapan berakhirnya. Efeknya ekonomi akan kembali terus tergerus secara negatif.
Bukan Indonesia Sendiri
Memang kondisi resesi ekonomi tahun ini tidak hanya dialami satu atau dua Negara di suatu kawasan. Melainkan, hampir seluruh Negara dunia mengalami resesi yang cukup parah. Termasuk Negara-negara di benua biru Eropa.
Diperkirakan 19 negara menggunakan Euro akan resesi dengan menyusutnya ekonomi mereka hingga 8,7 % di 2020. Sementara, 20 negara anggota Uni Eropa mengalami penyusutan ekonomi hingga 8,3 % pada 2020.
Bahkan Inggris dan Jerman juga terancam mengalami resesi ekonomi. PDB Inggris mengalami kontraksi 2%. Keseluruhan sektor industri mengalami kontraksi sebesar 1,9%. Bahkan Bank Sentral Inggris mengatakan Negara tersebut bisa mengalami kontraksi hingga 30% pada musim panas ini. Kemungkinan terburuknya kontraksi hingga 14% sampai akhir tahun.
Melansir dari Katadata.co.id, Pemerintah Jerman memprediksi kontraksi ekonomi sebesar 6,3% sampai akhir tahun 2020. Meskipun saat ini Jerman menjadi Negara dengan perekonomian terbesar di Uni Eropa. Terlebih, Jerman menjadi Negara yang sangat tergantung dengan ekspor. Covid-19 membuat Negara tujuan ekspor tak pasti.
Dampak Resesi Terhadap Masyarakat
Pengangguran
Dampak yang paling berasa jika resesi terjadi, akan ada PHK secara massal. Dimana saat ini menurut data Kamar Dagang Indonesia (Kadin) sudah ada 6,4 juta orang yang terdampak Covid-19. PHK terjadi ketika kapasitas produksi rendah, hingga banyak perusahaan harus melakukan PHK.
Memang sejak dua bulan setelah kasus pertama ditemukannya virus Corona di Indonesia, beberapa perusahaan pada akhirnya melakukan kegiatan Work from Home dan ada beberapa industri yang tidak dapat berjalan, membuat aktivitas produksi berhenti. Ini juga sangat menyulitkan beberapa industri untuk tetap maju dan berjalan.
Akhirnya, dengan keputusan mereka yang paling berat mau tidak mau, mereka harus melakukan pengurangan karyawan. Beberapa perusahaan juga ada yang merumahkan karyawan tanpa membayar sih karyawan tersebut.
Deflasi
Dampak yang mungkin sangat terasa bagi pelaku industri terhadap resesi adalah daya beli masyarakat menurun. Menurunnya daya beli masyarakat diakibatkan oleh kondisi masyarakat yang menahan uang nya. Sehingga perputaran uang juga berkurang.
Deflasi sendiri memiliki definisi jatuhnya harga barang dan jasa karena minimnya perputaran uang. Meskipun deflasi menguntungkan masyarakat, sebenarnya itu merusak perekonomian. Akibat dari deflasi mungkin akan lebih banyak pengangguran.
Saat ini, banyak pelaku industri dan pelaku bisnis seperti UMKM yang merasakan langsung dampak tersebut. UKM-UKM mengatakan bahwa mereka merasa tidak banyak konsumen yang berbelanja. Mungkin karena banyak orang yang lebih memilih menahan uangnya.
Penularan Masih Tinggi
Hingga saat ini penularan Covid-19 masih cukup tinggi. Bahkan angkanya terus meningkat sejak diberlakukannya new normal. Dimana aktivitas ekonomi di buka kembali, agar pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat.
Tetapi dibalik itu, Pemerintah harus tetap mampu fokus untuk meredakan penularan Covid-19 yang masih berada di angka 1000 kasus setiap harinya. Pemerintah diminta untuk tegas, antara menyelesaikan pandemi atau membenahi ekonomi. Dan Pemerintah harus memilih salah satu. Karena tidak bisa Pemerintah melakukan keduanya secara bersamaan.
Semoga pembahasan mengenai pengertian resesi dan dampaknya bagi masyarakat Indonesia, membuka mata kita bagaimana menghadapi resesi yang telah ada di depan mata.